Allah
menginginkan persahabatan rohani dari kita
Kita
melanjutkan studi tentang Firman YHWH dari pengajaran Yesus. Kita akan
secara khusus melihat pengajaran Yesus mengenai persahabatan.
Persahabatan adalah hal yang luar biasa indahnya. Jika kita pernah
mengalami persahabatan, maka hal itu akan mengubah cara hidup dan cara
pandang kita. Persahabatan memberi kehangatan di dalam hidup kita.
Persahabatan mengisi kekosongan dan kebekuan di dalam hati kita. Saya
tidak tahu apakah Anda memiliki sahabat yang jika Anda memikirkan dia,
hati Anda akan terasa hangat. Terasa menyenangkan jika mendengarkan
seseorang bercerita tentang sahabatnya dan wajah orang itu berseri-seri.
Ada sesuatu hal di dalam diri seorang sahabat yang memberi cahaya di
dalam hidup. Apakah Anda memiliki teman yang jika Anda memikirkan orang
itu, kenangan Anda terasa manis sekali. Sahabat yang memberi kenangan
manis di dalam hidup Anda.
Sangat
sedikit orang yang seperti itu, bukankah demikian? Begitu sedikit orang
yang semacam itu di dunia ini, orang yang jika Anda kenang akan memberi
kehangatan dan keindahan. Ada berapa banyak teman yang semacam itu yang
Anda miliki? Jika Anda punya satu teman yang seperti itu, maka Anda
sangat beruntung sekali! Dan jika Anda punya dua orang teman yang
semacam itu, berarti Anda adalah orang yang luar biasa diberkati!
Jika jumlahnya tiga, tak ada kata yang bisa saya gunakan
untuk menggambarkan betapa beruntungnya Anda.
Bersama
sahabat yang sangat karib biasanya tak banyak kata yang perlu diucapkan.
Anda akan merasa sangat nyaman berada bersama orang itu. Anda merasa
sangat santai. Tanda seorang sahabat sejati adalah bahwa Anda tidak
perlu berpikir keras akan apa yang harus Anda katakan selanjutnya. Hal
yang sangat melelahkan. Kesunyian seolah-olah mencekam Anda. Pernahkah
Anda perhatikan bahwa jika Anda bersahabat baik, maka Anda tidak perlu
berkata apa-apa? Cukup dengan berdiam bersama, hanya itu yang
dibutuhkan. Anda tidak perlu terus menerus berkata, "Kita sudah berdiam
diri sekitar dua menit dan saya sudah berusaha untuk mencari bahan
pembicaraan." Kesunyian itu terasa aneh. Terasa memalukan. Pernahkah
Anda perhatikan bahwa bersama dengan sahabat baik, kesunyian itu bisa
terasa sangat indah? Anda tidak perlu mengucapkan apa-apa. Dengan kata
lain, Anda tidak perlu berbasa-basi terhadap sahabat Anda. Anda tidak
perlu berpikir, "Oh, orang ini pasti menilai aku ini membosankan.
Baiklah, aku akan mencari bahan lelucon dan kamu juga boleh melakukannya
nanti." Akan tetapi lelucon Anda terasa hambar sehingga Anda perlu
mencari yang lainnya lagi. Suasananya menjadi semakin menyesakkan karena
hal yang mengemuka bukanlah persahabatan. Seolah-olah Anda sedang
berhadapan dengan penonton dan Anda harus menghibur penonton Anda itu.
Bukankah sangat melegakan berkumpul bersama sahabat, Anda duduk
berdampingan, menatap ke arah danau atau ke arah apapun itu, dan Anda
tidak harus mengucapkan sepatah katapun? Karena apa? Karena ada saling
pengertian, terdapat suatu hubungan batin.
Apakah
Anda memiliki sahabat yang seperti itu? Saya tidak tahu. Sangat sulit
menemukan sahabat yang semacam itu. Langka seperti berlian. Oh, berlian
jauh lebih mudah ditemui dibandingkan sahabat! Jika Anda bersedia
membayar, maka Anda akan mendapatkan berlian, akan tetapi di mana Anda
bisa mendapatkan sahabat yang semacam itu? Anda tidak bisa membeli orang
semacam itu dengan uang. Di mana Anda akan mendapatkan sahabat semacam
itu?
Masalahnya adalah sahabat yang semacam itu sangat sukar ditemukan,
sahabat semacam itu juga sangat sukar dipertahankan. Alasannya adalah
karena kita takut untuk disakiti. Jika Anda berada dalam hubungan yang
seakrab itu, sedekat itu, Anda mungkin akan merasa berada dalam keadaan
yang rawan, mudah untuk disakiti. Lalu kita membangun tembok.
Kedua hal
itu: yakni kedalaman persahabatan dan ketakutan untuk disakiti serta
bagaimana cara menanganinya, adalah hal yang diajarkan oleh Yesus di
dalam perikop di Matius 18. Kita akan mendalami perikop ini untuk
mempelajari pokok tentang persahabatan; jenis persahabatan yang
diinginkan oleh Allah untuk kita miliki.
Bisakah
Anda bayangkan akan seperti apa jadinya gereja jika segenap jemaatnya
adalah kumpulan sahabat karib, kumpulan para sahabat yang saling
memahami dari hati ke hati? Oh! Kita sangat merindukan persahabatan yang
semacam itu akan tetapi kita justru takut pada persahabatan yang semacam
itu! Kita takut karena untuk menjalin persahabatan yang semacam itu kita
harus membuka diri, dan ini membuat diri kita menjadi rawan. Di saat
Anda membuka diri, maka Anda bisa disakiti. Jika Anda menutup diri,
setidaknya orang lain hanya akan membentur dinding, dan jika dinding
yang telah Anda bangun itu cukup tebal, maka orang lain yang akan
melukai tangan mereka sendiri jika mengetuk dinding itu terlalu keras.
Jika mereka membenturkan kepada mereka ke dinding itu, maka apapun
hasilnya adalah urusan mereka sendiri. Demikianlah, Anda menutup diri
dalam rangka melindungi hati Anda. Jika Anda membuka diri, maka Anda
bisa saja disakiti. Namun jika Anda tidak membuka diri, maka Anda tidak
akan pernah memiliki sahabat. Apa yang akan menjadi pilihan Anda?
Salah
satu kisah yang paling indah yang tercatat di dalam Perjanjian Lama,
kisah yang selalu menyentuh hati saya setiap kali membacanya, adalah
kisah hubungan antara Rut dan Naomi. Saya tidak pernah jemu membaca
kata-kata di dalam kisah tersebut. Saya bacakan bagi Anda tentang ucapan
yang disampaikan oleh Rut kepada Naomi dan tentang kasih di antara kedua
perempuan ini. Anda tentu ingat bahwa Naomi adalah ibu mertua dari Rut.
Suami Rut, anak laki-laki Naomi, sudah meninggal. Dan Naomi lalu berniat
pergi dan berkata kepada Rut, "Tinggalkanlah aku sekarang. Anakku sudah
meninggal. Tak ada lagi hal yang bisa kuberikan kepadamu, jadi kamu
sekarang bebas untuk pergi. Tak ada lagi ikatan antara kita berdua."
Namun Rut
menolak untuk meninggalkan ibu mertuanya. Dia berkata, "Aku akan tetap
bersamamu." Di dalam Rut 1:16, Rut berkata, "Janganlah desak aku
meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke
mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau
bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan
Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di
sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan
lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari
engkau, selain dari pada maut!"
Kalimat yang terakhir adalah suatu
sumpah: "Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari
pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, bahkan maut
sekalipun." Kasih yang lebih kuat daripada maut: "Maut sekalipun tak
akan memisahkan kita. Demikianlah sumpahku di hadapan Allah." Di mana
Anda bisa menemukan persahabatan, kesetiaan,
keterbukaan dan hati yang memberi diri seperti itu? Sahabat yang
keakrabannya dengan Anda melebihi saudara kandung adalah sesuatu yang
luar biasa indahnya. Saya rasa itulah hal terindah yang ada di dalam
kehidupan manusia - saya tantang Anda untuk memberitahu saya hal-hal
yang lebih indah lagi dari persahabatan ini karena saya sendiri tidak
bisa menemukan yang lainnya - persahabatan seperti antara Rut dan Naomi,
bukan persahabatan biasa-biasa saja.
Rut
dan Naomi
Anda dan
saya memiliki banyak kawan, namun di saat kesukaran tiba, Anda akan tahu
kawan macam apa mereka itu. Di masa muda saya, saya memiliki banyak
sekali teman. Di saat saya belum mengenal Tuhan, saat saya masih
non-Kristen, ada sangat banyak teman mengerumuni saya, terutama jika
Anda punya sesuatu di dalam saku Anda yang akan memikat hati teman-teman
tersebut. Teman-teman memang terpikat pada Anda, akan tetapi mereka
lebih tertarik lagi pada isi saku Anda. Tampaknya ketertarikan mereka
pada Anda sebenarnya tertuju pada saku Anda. Saya rasa Anda tentu tahu
jenis teman-teman yang semacam ini. Dan kemudian Anda dapati bahwa
ketika saku Anda telah terkuras habis, teman-teman Anda juga telah
menghilang semuanya. Mereka menghilang dari sisi Anda. Demikianlah, jika
kita berbicara tentang persahabatan, tentunya kita tidak membahas
persahabatan yang semacam ini.
Yang kita
bicarakan adalah persahabatan yang digambarkan oleh Rut di sini,
"Kemanapun engkau pergi, aku ikut. Jangan paksa aku untuk
meninggalkanmu. Di mana engkau mati, di situ pula aku mati. Aku selalu
bersamamu selamanya. Sekalipun dalam kematian, aku ikut bersamamu,
dikuburkan bersamamu." Itulah persahabatan. Sungguh persahabatan yang
luar biasa. Inilah jenis persahabatan yang memberi diri dan kesetiaan
seutuhnya, bukan yang mencari "Apa yang ada di dalam sakumu?"
Persahabatan yang tidak lekang bahkan oleh maut, yang teguh menghadapi
kepedihan yang paling berat, itulah persahabatan yang sesungguhnya.
Yonatan dan Daud
Atau jika
kita renungkan tentang Daud dan Yonatan, sungguh indah persahabatan
mereka. Daud berkata kepada Yonatan, "Kasihmu mengalahkan kasih para
wanita." Daud tentunya tahu itu. Dia tahu banyak tentang hal perempuan.
Jika menyangkut urusan perempuan, Daud termasuk pakarnya. Dengan
menyesal harus saya katakan bahwa kepakarannya dalam urusan perempuan
bukanlah hal yang terbaik dari dirinya. Daud tahu banyak tentang wanita,
akan tetapi dalam hal kasih Yonatan, dia berkata, "Kasihmu mengungguli
kasih para perempuan." Mengapa? Karena yang terlibat di sini bukan hal
yang murni eksternal atau jasmaniah. Kasih di sini bersifat rohani dan
kasih yang ini lebih kuat daripada maut. Kerap kali kasih antara pemuda
dan pemudi pada dasarnya adalah kasih yang bersifat eksternal, dan
ketika daya tarik jasmaniah itu sudah berlalu, maka mati pulalah
persahabatan mereka. Habis sudah. Tak ada yang tersisa lagi.
Persahabatan di antara manusia dilandasi pada hal-hal yang eksternal
Persahabatan yang dilandasi pada hal-hal yang jasmaniah sering
menimbulkan masalah. Karena hubungan semacam ini bukanlah
hubungan spiritual yang dapat mengatasi
persoalan-persoalan eksternal. Sangatlah penting untuk mencamkan hal
ini. Jika Anda mengasihi seseorang karena kecantikan atau ketampanannya,
maka jika orang itu mengalami kecelakaan, bisa jadi Anda tidak mengasihi
orang itu lagi karena kecantikan dan ketampanan itu sudah lenyap. Jika
Anda mengasihi seseorang karena kekayaannya, dan jika suatu hari orang
itu menjadi miskin, bisa jadi Anda tidak akan mengasihi orang itu lagi
karena dia tidak lagi memiliki kekayaan. Hal yang membuat Anda terpikat
padanya sudah tidak ada lagi. Atau jika Anda mengasihi seseorang karena
dia sangat cerdas, maka jika dia mengalami kecelakaan yang merusak daya
pikirnya, Anda tidak akan mengasihi dia lagi karena dia sudah
tidak lagi cerdas sebagaimana dulunya. Dia tidak bisa
lagi melontarkan lelucon cerdas, dia tidak bisa lagi menunjukkan
kemampuan belajar yang luar biasa dengan hasil yang luar biasa pula.
Otaknya sudah rusak. Saya pernah kenal seseorang yang seperti itu di
London, dan memang hal itulah yang terjadi padanya. Pada suatu hari,
ketika dia sedang menyebrang jalan, sebuah mobil menabraknya dan dia
mengalami gangguan kerja otak. Tadinya dia adalah seorang mahasiswa
kedokteran yang sangat cerdas, setelah mengalami kerusakan otak, dia
bahkan tidak mampu memahami pelajaran tingkat dasar di bidang apapun
sehingga dia tidak lagi layak untuk melanjutkan pendidikan
kedokterannya. Otaknya sudah rusak. Jika Anda mengasihi seseorang karena
kecerdasannya, karena dia sangat cerdik, bagaimana jika dia kehilangan
hal-hal tersebut? Kasih yang teguh bertahan adalah kasih yang
berlandaskan ikatan kesatuan yang bersifat
rohani, bukan jasmani. Di mana Anda bisa temukan kasih yang semacam itu?
Di mana Anda bisa menemukannya?
Matius
18:15-20
Mari kita
beralih ke dalam pengajaran Yesus yang membahas persoalan tersebut di
Matius 18:15-20. Mari kita baca sambil kita camkan hal-hal yang akan
kita bicarakan nanti, yakni prinsip persahabatan rohani.
"Apabila
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia
mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak
mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada
jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia
sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan
terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas
di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
Matius
18 berbicara tentang cara berurusan dengan dosa di kalangan orang
Kristen
Hal apa
yang bisa kita pelajari dari ayat-ayat ini? Kita telah lihat bahwa
alasan mengapa kita takut membuka diri adalah karena kita takut
disakiti. Akibatnya kita lalu menutup diri. Di ayat 15, Anda dapatkan
satu contoh tentang seorang saudara seiman yang melukai hati Anda.
Sangatlah penting untuk memahami konteks dari keseluruhan ayat-ayat ini.
Segenap isi Matius pasal 18 ini berkenaan dengan satu pokok mendasar,
yakni perkara dosa di tengah jemaat, dosa di kalangan orang-orang
Kristen, dan bagaimana cara untuk menangani masalah dosa di tengah
orang-orang Kristen? Itulah konteks dari pasal ini. Pokok ini dibahas di
sepanjang pasal ini.
Hasil
dari dosa selalu merupakan tindakan menutup pintu komunikasi
Bagaimana
jadinya jika seseorang berbuat dosa terhadap Anda sampai Anda
tersandung? Bagaimana reaksi normal Anda? Apa yang akan Anda perbuat?
Anda akan tinggalkan dia dengan muka masam. Anda merajuk. Anda mengalami
kepahitan. Anda menjadi sangat kecewa karena merasa diperlakukan secara
memalukan. Atau Anda bahkan memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini.
"Aku tidak akan ke gereja lagi karena orang-orang itu telah
memperlakukan aku dengan cara yang menyakitkan." Anda merasa terluka.
Dan sebagai akibat dari rasa terluka itu, Anda lalu menutup diri. Hasil
dari dosa selalu merupakan tindakan menutup semua pintu komunikasi.
Pernahkah Anda perhatikan hal ini? Jika hubungan Anda dengan seseorang
memburuk, tentunya komunikasi antara Anda dengan orang tersebut akan
berkurang atau bahkan terhenti sama sekali. Tanda yang pasti dari setiap
dosa yang timbul di antara dua orang adalah rendahnya komunikasi. Inilah
tragedi dari dosa.
Demikianlah, setiap kali ada orang yang menyinggung hati Anda, atau
setiap kali Anda menyinggung hati orang lain, apakah hasilnya? Seperti
kalimat yang sering diucapkan oleh anak-anak kecil, "Aku tidak mau lagi
berteman denganmu! Cukup sudah! Aku tidak mau lagi bicara denganmu!"
Demikianlah, dengan begitu, semua pintu komunikasi tertutup sudah.
Semuanya sudah ditutup. Sama seperti dua negara yang akan berperang,
mereka berkata, "Pintu diplomasi dengan kalian sudah ditutup karena
kalian telah menyinggung kami. Cukup sudah. Kami akan menarik duta besar
kami dan kalian juga harus menarik duta besar kalian. Kalau kalian tidak
menarik duta besar kalian, kami akan menendang mereka keluar, habis
perkara. Selesai sudah! Kita tidak perlu lagi berunding." Begitulah
persoalannya.
Jika
kita ingin menyelamatkan persahabatan, kita harus berkomunikasi
Bagaimana
mungkin kita bisa memiliki persahabatan kalau setiap kali kita merasa
tersinggung lalu kita tutup komunikasinya? Justru di saat-saat seperti
itulah komunikasi menjadi sangat penting. Jika kita ingin menyelamatkan
persahabatan, maka kita harus berkomunikasi. Dan itulah tepatnya hal
yang sedang disampaikan oleh Yesus. Janganlah berkata kepada orang [yang
menyinggung hati Anda], "karena kamu sudah menyakiti hatiku, maka aku
tidak mau berbicara dengamu lagi. Aku akan perlakukan kamu seperti
sampah dunia. Menyingkirlah dari pandanganku. Kamu ini seperti duri di
kerongkongan." Bukan begitu caranya. Apa yang harus kita perbuat di
dalam urusan ini? Peliharalah jalur komunikasi agar tetap terbuka.
Masalahnya adalah karena kita tidak mengerti prinsip dasar persahabatan.
Apakah prinsip dasar persahabatan? Komunikasi. Anda tidak akan bisa
mendapatkan sahabat tanpa berkomunikasi.
Langkah pertama komunikasi: Menaruh minat dan kepedulian pada orang lain
Banyak
orang yang ingin memiliki sahabat. Mereka sangat ingin bersahabat akan
tetapi mereka tidak tahu berkomunikasi. Dalam berkomunikasi mereka hanya
membicarakan diri mereka sendiri. Maafkan saya, akan tetapi bahan
pembicaraan semacam itu akan terasa menjemukan bagi kebanyakan orang.
Bisa jadi, Anda adalah orang yang paling memikat di dunia ini. Dan
mungkin Anda memiliki kisah hidup yang paling menarik. Namun, bagi
kebanyakan orang, mereka tak peduli seberapa menariknya kehidupan Anda,
mereka tidak begitu berminat untuk mendengarkannya. Komunikasi harus
bermakna lebih dari sekadar menceritakan tentang diri Anda kepada orang
lain. Apakah komunikasi itu? Jika menurut Anda komunikasi itu tak lebih
dari sekadar berbicara, maka Anda akan segera mendapati bahwa orang lain
akan menutup telinga mereka. Mereka tidak mau lagi mendengarkan suara
Anda!
Komunikasi bukan sekadar berbicara. Tahukah Anda cara untuk
berkomunikasi? Jika Anda ingin bersahabat dan Anda ingin membuka jalur
komunikasi, janganlah membuat mereka bosan dengan terus menerus
bercerita tentang diri Anda. Lebih baik, cobalah mencari tahu tentang
diri orang tersebut. Komunikasi harus dibangun berdasarkan kepedulian
yang nyata terhadap orang lain. Jika Anda peduli serta berminat pada
orang tersebut, setidaknya berusahalah untuk mencari tahu sesuatu hal
tentang kehidupan orang itu, jika dia memang mau memberitahukannya
kepada Anda. Namun janganlah menanyakannya dengan cara seperti sedang
interogasi. "Di mana kamu dilahirkan?" Mungkin dia akan menyahut,
"Apakah kamu ini petugas Imigrasi? Mengapa kamu tanyakan hal yang
seperti itu?" Yang benar adalah membuka diri Anda pada orang tersebut
dan menaruh minat terhadap kehidupannya. Bukannya memaksakan minat Anda
pada orang lain, melainkan menerima keberadaan orang itu. Tunjukkan
bahwa Anda tertarik serta peduli kepadanya.
Tetapi
dosa serta ketersinggungan menutup jalur-jalur komunikasi ini. Inilah
persoalan yang ada di tengah gereja. Saya melihat kumpulan orang-orang
yang sangat tertutup di tengah gereja. Saya yakin bahwa setiap orang
tentunya pernah disakiti hatinya, jika tidak, maka mereka tidak akan
begitu tertutup. Sering kali, saya menanyakan sesuatu kepada beberapa
orang namun mereka justru jadi seperti ketakutan. Mereka pikir mungkin
karena tugas para pendeta adalah menginjili setiap orang, jadi lebih
baik mereka menghindar secepat mungkin, jika tidak maka pendeta akan
menangkap dan menjejalkan Injil ke dalam kerongkongan mereka! Pendeta
memang orang yang menakutkan. Atau mungkin, Anda langsung berkata, "Aku
sudah dibaptis." Dengan kata lain, pesan yang mau disampaikan adalah,
"Kamu tidak perlu menginjiliku. Jangan ganggu aku."
Demikianlah, saya bisa melihat bahwa kebanyakan orang sangat tertutup.
Kita sangat tertutup antara satu dengan yang lain karena kita agak takut
terhadap orang lain. Kita takut akan apa yang bisa dilakukan oleh orang
lain terhadap kita. Akhirnya kita menjadi begitu tertutup. Jika kita
teruskan sikap tertutup ini, maka kita tidak akan
pernah masuk ke dalam persahabatan. Kita tidak akan bisa berkomunikasi.
Memikul salib berarti: tetap terbuka sekalipun resikonya adalah dilukai
Jadi
seperti inilah pesan dari Yesus di sini: Kita harus tetap membuka diri
sekalipun berada dalam resiko dilukai. Sebelumnya telah ada pesan
tentang hal memikul salib dalam mengikut Kristus. Begitu dalam kekayaan
makna dari kalimat tentang memikul salib dan mengikut Kristus. Kalau
saya tidak bersedia untuk dilukai, berarti saya tidak mau memikul salib
bagi Kristus. Memikul salib berarti saya menerima harga untuk menjadi
seorang murid, yakni, saya bersedia untuk disakiti. Dan saya memang
berkali-kali disakiti. Jika saya tidak mau dilukai, tentunya saya akan
menutup diri, saya tidak akan mau melayani Tuhan lagi. Hal ini saya
sampaikan berulang kali terutama kepada mereka yang ikut dalam tim
pelatihan, bahwa Anda semua akan sering disakiti. Niat baik Anda akan
disalahpahami, tindakan Anda akan disalahartikan, dan Anda akan disakiti
berulang kali. Akan tetapi kita semua telah dipanggil untuk memikul
salib. Kami bersedia untuk disakiti.
Saat
jalur komunikasi mulai runtuh, bergeraklah, berbicaralah kepada saudara
seiman Anda
Apa yang
harus kita perbuat jika jalur komunikasi sudah mulai retak? Inilah hal
yang dikatakan oleh Yesus di dalam ayat 15: "Pergilah kepadanya dan
berbicaralah." Lakukan segala sesuatu yang bisa dikerjakan untuk
mempertahankan jalur komunikasi ini. Lakukan segala sesuatu untuk
menjaga jalur itu tetap terbuka. Sekalipun Anda adalah orang yang
disakiti, sekalipun dia yang harus meminta maaf, Anda harus mengambil
inisiatif dan mendatangi dia, berbicaralah kepadanya. Jangan biarkan
jalur komumikasi itu putus. Prinsip ini, pelajaran ini, sangatlah
penting. Saya mohon agar Anda mempelajarinya. Adakah orang yang telah
menyakiti hati Anda sehingga ketika di gereja Anda bertemu dengannya
Anda lalu berpaling ke arah lain? Dan ketika dia sudah berlalu, Anda
lalu membatin, "Dia sudah pergi. Sekarang aku bisa bersikap normal
lagi."
Dibutuhkan keberanian untuk bisa menjadi seorang murid Kristus, yakni
untuk mau datang kepada orang itu dan berbicara, karena Anda sudah satu
kali disakiti, jika Anda datangi dia lagi, yang dikuatirkan adalah
kalau-kalau Anda akan disakiti sekali lagi. "Sekali disakiti sudah
cukup. Engkau ingin agar aku berbicara kepadanya lalu disakiti kembali?"
Dan dia akan berkata, 'Ini semua salahmu, bukan salahku. Untuk apa kamu
berbicara denganku? Kamulah yang harus mengakui kesalahan.'" Lalu Anda
berkata, "Sekarang aku disakiti sampai dua kali. Kalau aku tidak
mendatangi dia, tentunya aku hanya sekali dilukai. Dan karena aku
sekarang mendatangi dia, aku akhirnya disakiti sampai dua kali."
Demikianlah, kita lalu menjadi takut. Ajaran dari Yesus adalah, dengan
pengorbanan apapun, dengan cara apapun, berusahalah agar jalur
komunikasi tetap terbuka.
Janganlah menanggung dosa dengan membenci orang yang telah menyakiti
Anda
Sebenarnya, ajaran Yesus ini didasarkan pada Imamat 19:17. Ini adalah
ayat yang sangat penting. "Janganlah engkau membenci saudaramu
di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor
orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu
karena dia." Dengan cara bagaimana Anda jadi berdosa akibat orang
lain itu? Dengan cara membencinya. Di sini, Kitab Suci berkata,
"Janganlah membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi berterus teranglah
menegur sesamamu." Jangan membenci dia melainkan tegurlah dia karena
jika Anda tidak menegurnya dengan berterus terang, maka Anda akan
membencinya, karena dia telah menyinggung hati Anda. Selanjutnya,
perhatikan ayat 18 yang, menurut saya, tentunya sudah Anda ketahui, "Janganlah
engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang
sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri;
Akulah TUHAN." Bukan bagian Anda untuk menuntut balas, Anda telah
disakiti oleh orang lain lalu Anda berkata ingin balas menyakiti orang
tersebut, padahal Anda harus mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri. Bagian ayat ini cukup akrab di telinga kita.
Mengasihi dengan membuka jalur komunikasi
Hal ini
menunjukkan betapa dekatnya ayat-ayat yang sedang kita telaah ini dengan
ajaran inti Kitab Suci. Perikop ini berkaitan dengan hal
saling mengasihi. Perikop ini menangani akar dari hubungan sesama kita
dan bagaimana cara menerapkan ajaran tersebut, yakni bagaimana mengasihi
sesama manusia secara nyata. Kita sudah sering mendengar ungkapan
"saling mengasihi", "kasihilah sesamamu manusia."
Bagaimana
caranya? Anda bisa memulainya dengan cara membuka jalur komunikasi.
Apakah ada orang yang telah menyinggung hati Anda? Janganlah membenci
saudara seiman Anda di dalam hati Anda, demikian kata Kitab Suci. Karena
jika Anda tidak berbicara lagi dengannya, Anda bisa terjerumus ke dalam
hal yang lebih berbahaya. Anda akan membenci orang tersebut di dalam
hati Anda. Mungkin Anda tidak menunjukkan hal tersebut secara
terang-terangan, namun perhatikan kata-kata yang penting ini: "di dalam
hatimu." Bisa saja Anda tidak memperlihatkan kebencian itu. Ketika orang
itu datang, Anda cukup tahu membawa diri untuk tidak membuang muka. Anda
masih bisa tersenyum kepadanya, Anda mau berbicara dengannya, sambil
berkata di dalam hati Anda, "Dasar munafik!" Namun Anda tetap tersenyum
kepadanya. Sedangkan di dalam hati Anda, Anda membencinya. Namun di
permukaannya, Anda bersandiwara.
Hal yang
paling penting adalah bahwa sekecil apapun persoalannya dengan orang
lain, Anda harus membicarakannya. Ungkapkanlah. Keluarkan masalah itu
dari hidup Anda. Jika tidak, maka Anda akan membenci orang itu di dalam
hati Anda. Dan jika Anda membangun kebencian di dalam hati Anda, karena
dia telah menyinggung perasaan Anda, maka Anda akan menjadi orang yang
berdosa karena kebencian adalah dosa. Demikianlah, tindakannya itu telah
menjatuhkan Anda ke dalam dosa.
Beritahukanlah secara empat mata supaya orang itu dapat memperbaikinya
Demikianlah, seluruh isi Matius pasal 18 membahas tentang batu sandungan
ini. Yesus berkata bahwa karena kodrat dari dunia ini, maka pencobaan
itu pasti akan datang. Adalah suatu hal yang tidak terhindarkan bahwa
pada suatu saat nanti akan ada saudara atau saudari seiman yang
menyinggung perasaan Anda, entah oleh kecerobohan, ketidak-tahuan, atau
apapun itu. Lalu Anda akan membangun sikap menolak orang-orang tersebut.
Janganlah melakukan hal ini. Jika jemaat melakukan hal yang menyinggung
hati, pahami bahwa kita ini tidak ada yang sempurna. Saya sendiri, di
dalam ketidak-tahuan saya, mungkin telah menyinggung Anda. Di dalam
kecerobohan saya, mungkin saya telah melakukan hal yang menyakiti hati
Anda sekalipun saya tidak bermaksud demikian. Dan saya tidak tahu bahwa
saya telah menyakiti hati Anda.
Namun di
pihak Anda, Anda membangun sikap penolakan dan kepahitan terhadap saya
padahal saya tidak tahu apa salah saya. Lalu bagaimana saya memperbaiki
diri saya jika saya tidak tahu apa salahnya saya?
Akibatnya kita berdua sama-sama terluka karena Anda tidak memberitahu
saya tentang kesalahan saya. Setidaknya jika Anda mengkomunikasikan hal
tersebut, maka kita akan sama-sama memetik manfaatnya. Anda tidak perlu
lagi membenci saya dan saya juga bisa memperbaiki kesalahan saya.
Jika kita
ingin membangun lingkungan yang penuh kasih, maka kita harus memulainya
dengan pokok mendasar berikut ini, yakni saling membangun komunikasi
antar satu dengan yang lain. Dan kita harus belajar untuk berkomunikasi.
Kita harus benar-benar menerapkannya. Kiranya jika saya menyakiti hati
orang lain dalam ketidak-tahuan saya, maka Allah mendorong orang itu
untuk datang dan berkata kepada saya, "Anda telah menyakiti hati saya
dengan melakukan hal ini." Saya akan sangat bersyukur jika saya bisa
diberitahu tentang kesalahan yang telah saya perbuat. Dengan demikian,
saya bisa segera meminta maaf, dan membenahi hal tersebut.
Jika
orang itu tidak menerima kesalahnnya? Bawalah satu atau dua orang
bersama Anda
Sekarang
muncullah pertanyaan kedua. Anggaplah bahwa saya telah datang
memberitahu Anda tentang kesalahan Anda, dan Anda tidak menerimanya. Ini
akan menjadi masalah bagi saya. Jika Anda mengakuinya, tidak akan ada
masalah. Akan tetapi tidak ada jaminan bagi saya bahwa Anda mau menerima
kesalahan itu. Yesus memiliki jalan untuk menangani hal yang ini juga.
Demikianlah hal yang bisa kita baca di sini.
Jadi,
langkah pertama adalah mendatangi orang tersebut sendirian tanpa membawa
orang lain. Melakukan pembicaraan empat mata dengan orang tersebut.
Namun bagaimana jika orang tersebut berkata, "Tidak. Aku tidak terima
hal ini. Semua ini salahmu, bukan salahku."
Yesus
punya jalan untuk mengatasi hal yang semacam ini juga. Yang perlu Anda
lakukan adalah membawa serta satu atau dua orang bersama Anda. Jadi
secara keseluruhannya akan ada sekitar tiga atau empat orang yang
terlibat. Dan sekali lagi, di depan para saksi ini, Anda melakukan
pembicaraan dengan saudara atau saudari tersebut. Lalu Anda berkata,
"Wah, itu terlalu berlebihan. Hal ini akan membuat persoalan justru
menjadi lebih kacau." Tidak. Renungkanlah baik-baik masalah ini. Anda
sedang berupaya untuk menyelamatkan kehidupan jemaat. Karena, apa lagi
makna kehidupan jemaat kalau bukan kasih yang saling mengkomunikasikan
dirinya antara satu dengan yang lain? Jangan berkata, "Hal ini
terlalu berlebihan."
Ini bukan
sekadar persoalan pribadi Anda. Keselamatan orang tersebut mungkin
sedang menjadi taruhannya. Dia bisa saja melakukan lagi hal tersebut
terhadap orang lain, dan orang yang menjadi korban itu kemudian
melakukan hal yang sama kepada orang lain lagi. Dan orang-orang akan
berjatuhan oleh batu sandungan ini satu demi satu jika Anda tidak segera
menanganinya. Jadi janganlah sekadar memikirkan kepentingan dan
kedamaian pribadi Anda. Pikirkanlah tentang kehidupan jemaat secara
keseluruhan. Dan jika Anda mau memikirkannya, Anda tidak akan berkata
bahwa hal ini terlalu berlebihan atau merepotkan. Anda bawa dua atau
tiga orang saksi bersama Anda untuk berbicara dengannya.
Dua
atau tiga orang saksi itu harus tidak memihak
Para
saksi itu tidak boleh memihak kepada Anda. Mereka hadir bukan untuk
menjadi pendukung Anda. Mereka hadir sekadar untuk memastikan bahwa Anda
menangani persoalan ini dengan benar, penuh kasih dan sopan. (Ingat,
jangan membenci saudara seiman Anda di dalam hati Anda. Anda
diperintahkan untuk mengasihi.) Para saksi ini nantinya akan memberi
kesaksian kepada Jemaat bahwa Anda telah bertindak dengan benar dan
patut. Jika Anda datang membawa dua atau tiga orang saksi, lalu Anda
mulai mencaci lawan bicara Anda, "Lihat apa yang telah kau perbuat! Kamu
munafik! Kamu bukan orang Kristen!" Para saksi itu tentunya tidak akan
berpihak kepada Anda. Mereka akan melaporkan kepada Jemaat bahwa
perilaku Anda salah, bukannya perilaku orang itu yang mereka salahkan.
Karena hanya dengan dua atau tiga orang saksi barulah Jemaat bisa
benar-benar mengerti apakah Anda telah bertindak sesuai sebagai seorang
Kristen, yakni keadaan ketika Anda mendatangi orang tersebut untuk
mengungkapkan kesalahannya. Jadi, hal membawa saksi ini bukanlah
perkara membawa dua atau tiga orang teman untuk menghancurkan orang yang
bersangkutan. Mereka adalah para saksi yang tidak boleh memihak. Mereka
harus mengamati fakta-fakta sebagaimana adanya.
Jika
orang tersebut benar-benar menutup dirinya, bawalah persoalan ini kepada
Jemaat
Sesudah
melibatkan dua atau tiga orang saksi, dan Anda telah menyatakan
kesalahannya di depan para saksi itu, bagaimana jika dia tetap tidak
sepakat? Dia tetap tidak mengakui kesalahannya? Orang ini tentunya
termasuk orang yang keras kepala. Agaknya dia bukan jenis orang yang
terbuka. Dia adalah orang yang sangat tertutup. Dengan demikian,
persoalan ini harus dibawa kepada Jemaat.
Jika
dia masih tertutup dan keras kepala, maka dia dikeluarkan dari jemaat
Tapi jika
dia tetap dalam sikap yang tertutup dan keras kepala, apa yang akan
diberlakukan terhadapnya? Dia akan dikeluarkan. Dia harus keluar dari
Jemaat. Seperti itulah hal yang berlaku di zaman awal gereja. Gereja
memelihara jalur komunikasi agar tetap terbuka. Orang yang tidak
terbuka, yang berusaha untuk menutup jalur komunikasi antar Jemaat akan
dikeluarkan. Sesederhana itulah cara kerjanya.
Apa yang
disampaikan di dalam ayat 17? "Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga
mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal
Allah atau seorang pemungut cukai." Apakah artinya ayat ini? Nah,
orang-orang Kristen adalah umat Israel yang sejati. Di dalam Galatia
6:16, mereka disebut, Israel milik Allah. Gereja pada hakekatnya
adalah Israel yang sejati. Seperti yang disampaikan oleh Yesus,
"Kerajaan Allah akan diambil darimu, hai orang-orang Yahudi, dan akan
diberikan kepada orang-orang yang menghasilkan buah bagi Kerajaan."
Artinya, Kerajaan Allah akan diberikan kepada Gereja. Gereja telah
menjadi Israel yang baru milik Allah. Dan tepat seperti itulah Paulus
menyebut Gereja di dalam Galatia 6:16, Israel milik Allah. Ini berarti,
setiap orang yang tidak masuk di tengah Jemaat, yang tidak termasuk
dalam Israel milik Allah, yakni Israel rohani, maka dia bukanlah orang
Kristen. Dia akan dipandang sebagai orang asing. Dia tidak termasuk ke
dalam persekutuan Israel rohani. Dia bukan warga Kerajaan Allah. Dia
adalah orang asing. Dengan demikian, seorang Kristen yang gagal
berperilaku sebagai orang Kristen, yang menutup diri terhadap saudara
seiman, tertutup bahkan terhadap dua atau tiga orang, atau terhadap
seluruh Jemaat, berarti dia tidak tahu apa artinya menjadi seorang
Kristen.
Seorang
Kristen, per definisinya, adalah seseorang yang terbuka bagi orang lain,
kepada saudara dan saudari seiman di tengah Jemaat. Jika Anda tidak
terbuka kepada saudara atau saudari seiman di gereja, Anda tidak saling
terbuka, hal itu menunjukkan bahwa Anda benar-benar tidak tahu apa
artinya menjadi seorang Kristen. Jadi, di sini, Yesus memberi kita
ajaran yang paling penting, yakni ajaran tentang keterbukaan antara
satu dengan yang lain. Dan setiap orang yang gagal membuka diri akan
dikeluarkan.
Tindakan disiplin bertujuan untuk menyelamatkan
Dia
diperlakukan seperti orang asing atau pemungut cukai. Orang-orang Yahudi
tidak bergaul dengan orang asing, dan mereka juga tidak mau bergaul
dengan pemungut cukai karena para pemungut cukai dipandang sebagai
pengkhianat bangsa. Mereka memungut pajak bagi penguasa Roma, penjajah
saat itu. Jika di China, pandangan mereka terhadap pemungut cukai ini
bisa disamakan dengan pandangan masyarakat terhadap pemerintahan boneka
di China di bawah kekuasaan Jepang. Kita memandang mereka sebagai
漢奸 (han4 jian1),
yakni sebagai pengkhianat. Kita tidak akan mau bergaul dengan
orang-orang semacam ini. Seperti itulah perlakuan orang Yahudi terhadap
para pemungut cukai, sebagai para pengkhianat. Mereka tidak mau bergaul
dengan pemungut cukai. Demikianlah, orang-orang Kristen yang tidak
berlaku sebagaimana mestinya orang Kristen akan diperlakukan sebagai
pemungut cukai, artinya, Anda tidak akan bergaul dengannya.
Paulus
menyatakan hal tersebut dengan ungkapan yang persis sama di 1 Korintus
5:11. Di sana dia berkata, "Jika ada orang yang mengaku sebagai seorang
Kristen tetapi tidak hidup sebagai seorang Kristen, janganlah kamu
bergaul dengannya, malahan, janganlah makan dengannya. Kamu tidak boleh
berhubungan dengannya." "... supaya kamu jangan bergaul dengan orang,
yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir,
penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang
demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama."
Tindakan
yang keras ini sebenarnya untuk memperingatkan orang tersebut, untuk
menyadarkan dia, untuk mmenunjukkan kepadanya bahwa dia bukanlah seorang
Kristen, supaya dia tidak mengira bahwa dia adalah seorang Kristen, yang
pada kenyataannya adalah bukan. Segala tindakan disiplin di tengah
Jemaat ditujukan untuk memberkati, untuk menolong orang yang berbuat
dosa. Tanpa tindakan disiplin terhadap seorang pelanggar, maka dia akan
mengira bahwa dia tetap menjadi orang Kristen dan dia boleh terus
berbuat dosa. Dengan memperingatkan seorang Kristen bahwa dia bukan
orang Kristen lagi, jika dia terus melanjutkan perilakunya, maka Anda
sedang menolong dia untuk menyadari bahwa dia harus berubah. Jika dia
tidak berubah, maka dia tidak akan diselamatkan. Namun, begitu sering,
gereja zaman sekarang membiarkan umat berbuat dosa semaunya, dan gereja
akhirnya menjadi semakin terpuruk.
Belajar untuk saling terbuka: Sebuah gereja adalah kumpulan para sahabat
Kerinduan
saya yang terdalam adalah bahwa kita di sini, sebagai sebuah gereja,
bersedia untuk saling terbuka. Memang sangat sukar. Berusahalah untuk
belajar saling terbuka antara satu dengan yang lain. Bersedialah untuk
menerima bahaya disakiti. Usahakanlah untuk saling berkomunikasi, apapun
pengorbanannya, sehingga kita bisa membangun saling pengertian.
Bagaimana mungkin kita akan saling memahami? Bagaimana mungkin kita bisa
menjadi sahabat jika kita tidak berkomunikasi? Anda tidak kenal saya,
dan saya juga tidak kenal Anda, lalu bagaimana kita bisa menjadi
sahabat? Demikianlah, persahabatan tidak pernah tumbuh karena tidak
adanya komunikasi. Satu-satunya jalan bagi Anda untuk membina
persahabatan dengan setiap orang di sini adalah dengan berkomunikasi.
Anda akan mendapati betapa menyenangkannya orang-orang tersebut. Anda
akan sadar, sekiranya Anda tidak pernah berkomunikasi dengan orang
tersebut, tentunya Anda tidak akan pernah memiliki sahabat yang sangat
berharga seperti dia. Syukur kepada Allah, karena oleh Allah maka Anda
memperoleh keberanian untuk membuka diri terhadap orang tersebut,
sehingga Anda mendapatkan satu lagi sahabat yang sangat akrab dan
berharga. Seharusnya Gereja menjadi seperti itu. Gereja adalah
masyarakat para sahabat, sebuah masyarakat di mana anggotanya saling
terbuka satu sama lain.
Kuasa
Allah terlihat jika ada keterbukaan dan kesepakatan di antara 'dua atau
tiga' orang
Apakah
manfaat dari persahabatan semacam itu? Apa gunanya persahabatan yang
seperti itu? Sebenarnya, apakah kegunaan dari gereja? Untuk apa Anda
pergi ke gereja jika yang saya kerjakan hanyalah hadir di gereja pada
hari Minggu, duduk mendengarkan pengkhotbah yang membosankan, yang
mengoceh tentang persahabatan. Dan sesudah ibadah selesai, saya lalu
pulang. Apa gunanya hadir ke gereja? Apa perlunya bergereja? Maksud
saya, Anda bisa saja duduk di rumah, menyalakan televisi dan
mendengarkan beberapa khotbah dari TV Anda. Dan jika kebetulan Anda
tidak suka pada juru khotbahnya, Anda bisa matikan televisi Anda. Namun
jika Anda duduk di tengah gereja, Anda tidak bisa menghentikan
penghotbahnya. Dia tetap ada di mimbar sana, mengoceh dan membuat Anda
bosan setengah mati. Lalu Anda membatin, "Kalau saja ada tombol yang
bisa kutekan untuk menghilangkan pengkhotbah ini." Tampaknya, juru
khotbah di televisi jauh lebih mudah untuk ditangani, bukankah begitu?
Jika dia mulai menjemukan, Anda bisa berpindah ke saluran lain. Dan Anda
bisa mendapatkan acara-acara yang lebih menyenangkan di saluran yang
lain. Untuk apa Anda bergereja? Dan sebenarnya, ada banyak orang yang
bertanya kepada saya, "Mengapa saya tidak bisa menjadi orang Kristen
sambil tetap tinggal di rumah saja?"
Mari kita
lihat apa yang tertulis di perikop ini. Di dalam Matius 18:15-20, Anda
akan melihat bahwa berulang kali terdapat ungkapan 'dua atau tiga'.
Ungkapan 'dua atau tiga' ini sering kali muncul di sini. Dan di sini
terdapat satu prinsip vital di dalam kehidupan Kristen. Kehidupan
Kristen tidak akan bisa berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah
jika tidak ada keterbukaan, persekutuan, kesepakatan di antara - minimal
- dua atau tiga orang. Tanpa hal tersebut, tidak akan ada kehidupan
rohani, demikianlah uraian gamblangnya. Karena [tanpa adanya dua atau
tiga orang], tidak akan ada kuasa, tak akan ada kemajuan. Nah,
izinkan saya menyampaikan empat pokok di dalam perikop ini sebelum kita
tutup pembahasannya.
(1)
Efektifitas dua atau tiga orang di dalam memberikan kesaksian tentang
kebenaran
Kuasa
Allah bekerja secara jauh lebih besar melalui dua orang ketimbang satu
orang saja
Di dalam
ayat 16, kita melihat bahwa adanya kebutuhan akan dua atau tiga orang
untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Anda harus membawa dua atau
tiga saksi. Mengapa dua atau tiga? Karena kebenaran itu ditegaskan,
menurut prinsip di dalam Perjanjian Lama, melalui kesaksian dua atau
tiga orang. Jadi dibutuhkan dua atau tiga orang
untuk menegaskan kesaksian tentang kebenaran. Hal inilah yang membuat
masalah efektifitas gereja menjadi hal yang sangat penting. Gereja
sering kali menjadi tidak efektif di zaman sekarang ini karena umat
tampaknya tidak melihat adanya keselarasan dalam kesaksian-kesaksian
tersebut. Jemaat justru bergantung pada satu orang Kristen tertentu
saja. Padahal kesaksian dua orang di dalam Kitab Suci tak dapat
ditandingi oleh kesaksian satu orang saja. Camkanlah hal ini baik-baik.
Ada ayat
di dalam Ulangan 32:30 yang menunjukkan kepada Anda bahwa kesaksian
yang disampaikan oleh dua atau tiga orang jauh melampaui kesaksian yang
disampaikan oleh satu orang saja. Ulangan 32:30 berbunyi seperti ini:
Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang
dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka
telah menjual mereka, dan TUHAN telah menyerahkan mereka! Kalau
Allah tidak menyerahkan pihak lawan ke dalam tangan Anda, bagaimana
mungkin Anda bisa menang? Namun persoalannya adalah sebagai berikut:
Perhatikan, satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang bisa
membuat lari sepuluh ribu orang. Dengan mengandalkan satu orang saja,
maka Anda hanya akan mengejar seribu orang. Seribu orang adalah jumlah
yang banyak, akan tetapi satu orang hanya mengejar seribu orang saja.
Sementara itu, dengan dua orang, mereka membuat lari sepuluh ribu orang.
Dengan berdua hasilnya bukan berlipat dua, tetapi berlipat sepuluh!
Kuasa Allah bekerja dengan sangat hebat melalui dua orang dari pada
melalui satu orang saja. Seperti itulah gambarannya. Suatu gambaran yang
sangat menarik tentunya.
Dua
orang yang berada dalam keselarasan sanggup melawan dosa dengan lebih
berkemenangan
Di dalam
Matius pasal 18 ini kita membahas tentang peperangan melawan dosa. Dan
di dalam pergumulan melawan dosa ini, satu orang jelas jauh lebih lemah
ketimbang dua orang. Pernahkah Anda perhatikan jika Anda menghadapi
situasi sulit, maka dengan berdua - dalam keselarasan - maka Anda bisa
menghadapi kesulitan itu secara lebih berkemenangan
daripada menghadapinya sendirian saja? Demikianlah, di dalam pergumulan
melawan dosa hal yang sama [dengan isi Ulangan 32:30] berlaku juga. Kita
sering kali kalah di dalam pergumulan melawan dosa karena kita berjuang
sendirian saja. Kita tidak mempercayai orang lain untuk berjuang bersama
kita, untuk memandang persoalan kita sebagai persoalannya juga, untuk
bahu membahu dengan kita. Jika kita berjuang bahu membahu, maka kita
akan mendapati bahwa peperangan ini lebih mudah untuk dimenangkan. Satu
orang bisa menang melawan seribu orang, hal itu
bisa saja. Mungkin Anda adalah pahlawan yang gagah perkasa sehingga
dengan sendirian saja bisa membuat seribu orang melarikan diri. Anda
adalah prajurit hebat, pahlawan perkasa. Akan tetapi jika Anda memiliki
dua orang yang sama gagah perkasa seperti itu, maka mereka akan membuat
sepuluh ribu orang melarikan diri, bukannya dua ribu orang. Ini adalah
pelajaran yang sangat berharga. Jadi, hal pertama yang bisa kita lihat
adalah efektifitas suatu kumpulan di dalam memberi kesaksian tentang
kebenaran, ketimbang hanya satu orang.
(2)
Allah mempercayakan kewenangan-Nya kepada sebuah tim yang bekerja
bersama dalam kesatuan rohani.
Pokok
kedua yang ada di sini terlihat di dalam ayat 18: yakni kewenangan dan
kuasa. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga." Kewenangan yang diberikan di dalam konteks
ini tidak diberikan kepada satu orang saja, kata 'kamu' di ayat ini
berbentuk jamak. "Aku berkata kepadamu." Kata 'mu (atau kamu)' di sini
berbentuk jamak, tidak ditujukan kepada individual. Apa yang kamu
(kalian) ikat di dunia ini akan terikat di surga. Artinya, jika kalian,
dua atau tiga orang yang bertindak bersama dalam keselarasan, dengan
satu roh dan satu pikiran, maka apa yang kalian ikat akan terikat, apa
yang kalian lepaskan akan terlepas.
Kewenangan itu diberikan kepada satu tim yang terdiri dari dua atau tiga
orang. Jika Anda bisa berfungsi sebagai satu tim secara harmonis, maka
Allah akan bersedia memberikan kewenangan-Nya kepada Anda sekalian.
Artinya Anda akan bisa membuat suatu keputusan, yang dalam hal ini
adalah: untuk mengikat atau melepaskan apa yang disebutkan dalam ayat
17, artinya bahwa jika Anda memutuskan bahwa sejak saat itu orang
tersebut harus dikeluarkan dari jemaat dan diperlakukan sebagai pemungut
cukai atau orang asing, maka hal itu akan bersifat mengikat. Jika,
sebaliknya, Anda memutuskan bahwa orang tersebut harus tetap berada di
dalam Jemaat, maka keputusan itu juga bersifat mengikat. Itu adalah hal
yang sangat penting. Gereja memiliki kewenangan, yang dipercayakan bukan
kepada satu orang saja. Memang, kadang kala, kewenangan itu dipercayakan
kepada individu.
Hal yang
sama disampaikan juga kepada Petrus, dalam istilah yang bersifat
tunggal. Akan tetapi kewenangan yang dibicarakan di dalam perikop ini
disampaikan kepada gereja. Kewenangan kerasulan yang diberikan kepada
Petrus terdapat di Matius 16:18 itu sekarang bisa dijalankan oleh setiap
kumpulan umat yang benar-benar berada dalam kesatuan rohani. Perhatikan
dengan cermat, suatu kesatuan rohani. Kita bisa saja memiliki suatu
kesatuan kelompok. Kedua hal tersebut berbeda. Dalam hal kesatuan
kelompok, Anda tidak sedang berfungsi di dalam Roh Allah. Anda bisa saja
mengumpulkan dua atau tiga orang untuk suatu kesepakatan. Anda bisa
mengumpulkan dua atau tiga penjahat untuk merampok bank. Kesepakatan
yang semacam itu bukan kesepakatan yang sedang kita bicarakan di sini.
Yang kita bicarakan adalah suatu kesatuan rohani di mana dua atau tiga
orang secara bersama-sama, berserah dan taat kepada Allah, menjalankan
kehendak Allah. Allah bersedia memberikan kewenangan rasuli kepada
sebuah tim yang terdiri dari dua atau tiga orang yang berfungsi
bersama-sama di dalam kesatuan rohani. Di sana terdapat rahasia kuasa.
Kita harus pelajari rahasia kuasa yang terdapat di dalam pokok ini.
(3)
Jika ada kesatuan rohani Allah akan mengabul permintaan Anda
Hal
ketiga yang bisa kita lihat terdapat di dalam ayat 19. Inilah bunyi ayat
19: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga." Pokok yang ketiga di sini
adalah suatu bentuk dukungan dari Allah. Jika Anda memiliki kesatuan
rohani, jika Anda bersepakat antara satu dengan yang lain di dalam
keterbukaan rohani, maka apa yang Anda minta kepada Allah akan
dianugerahkan kepada Anda. Tahukah Anda mengapa? Karena jika sudah
mencapai tingkat kesatuan rohani, maka apapun yang Anda minta tentunya
sesuai dengan kehendak Allah. Karena Roh Allah-lah yang mendorong
kesepakatan atau kesatuan itu. Apa yang Anda minta sudah pasti akan
dikabulkan. Sungguh hal yang sangat indah!
Kadang
kala kita bergumul sendirian di dalam doa. Kita berdoa dan berdoa, namun
kita merasa tidak bisa memiliki kuasa yang efektif. Kita berdoa namun
pintu surga terasa seperti tembok yang tak tertembus. Namun jika Anda
membentuk satu tim dari dua atau tiga orang di dalam suatu kesatuan
dalam roh yang berdoa bersama-sama, lihatlah! Anda berdoa dan Allah
mengabulkan doa Anda! Anda berdoa dan Allah mengabulkannya lagi! Hal ini
terjadi terus menerus. Sungguh indahnya! Karena Allah gemar menjawab
jika melihat ada kasih di antara umat-Nya; kasih yang telah Dia letakkan
di dalam hati kita dan mengikat kita bersama-sama di dalam kasih-Nya.
Dia suka menjawab doa semacam itu.
(4)
Hadirat Allah yang khusus dianugerahkan pada kesatuan kasih antara dua
atau tiga orang
Dan pokok
keempat yang bisa kita lihat di sini ada di dalam ayat 20, bahwa hadirat
Allah yang khusus dianugerahkan pada kesatuan kasih yang semacam ini. "Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka." Apakah Anda sering kali merasakan bahwa Allah
terasa begitu jauh dari Anda dan Anda merasa sendirian? Anda berlutut
untuk melakukan 'doa pribadi' Anda, begitulah istilahnya, namun Allah
tampaknya jauh dari Anda, kehadiran-Nya tak terasa. Allah tampaknya
berada di dunia yang lain. Mungkin Dia sedang berada di planet Mars,
atau mungkin Dia sedang berada di planet lain atau di tempat lain di
galaksi Bimasakti ini. Di manakah Allah? Namun jika Anda ada bersama
dengan dua atau tiga orang, dalam kebersamaan di dalam kasih Kristus -
ada saling keterbukaan sepenuhnya, saling memberi diri, yang memiliki
sikap seperti Rut kepada Naomi, "Kemana engkau pergi, aku ikut; di mana
engkau tinggal, di sana pula aku tinggal; di mana engkau dikuburkan, di
sana pula aku dikuburkan," mereka memiliki komitmen yang begitu kuat
antara satu dengan yang lainnya, bahkan seperti bunyi sumpah Rut,
"Kiranya Allah menghukum aku, jika ada hal yang memisahkan aku darimu."
- jika terdapat komitmen yang semacam ini, puji Tuhan, maka hadirat-Nya
akan ada! Dan Anda akan merasakan hadirat-Nya. Anda akan tahu bahwa Dia
ada di sana.
Seberapa
sering di dalam gereja Anda merasakan bahwa Allah hadir di sana? "Aku
bisa merasakan kehadiran-Nya. Dia sedang berbicara kepadaku sekarang
ini." Namun di saat Anda meninggalkan gereja, tiba-tiba saja Anda merasa
bahwa, "Aku telah meninggalkan semua kemuliaan itu. Sekarang ini hadirat
Allah tidak terasa lagi ada bersamaku. Aku merasakan hadirat-Nya di
gereja. Aku merasakan hadirat-Nya di dalam ibadah doa. Namun sekarang
aku merasa sendirian"? Pernahkah Anda merasakannya? Sering kali Anda
akan merasakannya. Tiba-tiba saja, kemuliaan itu berlalu dan Anda merasa
sendirian di dalam jurang. Namun di mana ada dua atau tiga orang
berkumpul bersama, hadirat itu tidak pernah berlalu. Di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka.
Ada
hadirat Allah yang secara umum terdapat di dalam diri setiap orang, akan
tetapi hadirat-Nya yang khusus ada pada dua atau tiga orang dalam rangka
memberkati dan memberi bimbingan
Apakah
artinya itu? Bukankah Allah itu ada di mana-mana dan di setiap saat?
Tentu saja, Allah ada di mana-mana dan di setiap saat. Lalu, bukankah
seharusnya Dia ada bersama dengan Anda? Ya, tentunya Dia ada bersama
Anda. Bukankah kita ini adalah Bait Roh Kudus? Ya, Anda adalah Bait Roh
Kudus. Lalu mengapa dikatakan bahwa di mana ada
dua atau tiga orang berkumpul, di situ Aku hadir di tengah-tengah
mereka? Apakah Dia tidak hadir disaat kita sedang sendirian? Ya, Dia
hadir disaat kita sendirian. Tubuh kita ini adalah Bait Roh Kudus. Lalu
apa maksud ucapan Yesus? Yang dimaksudkan adalah
tentang hadirat yang bersifat khusus.
Di dalam
Alkitab, ada dua macam hadirat. Yang satu adalah hadirat Allah yang
bersifat umum. Inilah jenis hadirat yang dibicarakan oleh Paulus di
dalam Kisah 17.28 ketika dia berbicara kepada orang-orang yang tidak
percaya juga, bahwa di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.
Kita hidup dan bergerak di dalam Dia. Anda tidak bisa menghirup udara
tanpa keberadaan Allah di sana. Allah ada di mana-mana. Seperti yang
dikatakan oleh pemazmur di dalam Mazmur 139:8, "Jika aku mendaki ke
langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang
mati, di situpun Engkau." Sebenarnya, yang disampaikan oleh pemazmur
ini dari ayat 1 sampai 12 adalah, "Kemanapun aku pergi, ya Allahku,
Engkau ada di sana." Itu adalah salah satu jenis hadirat-Nya.
Jenis
hadirat yang lainnya adalah hadirat khusus dari Allah. Misalnya, ketika
Allah datang kepada Musa dalam semak yang terbakar. Bukankah Allah ada
di mana-mana? Tentu saja! Akan tetapi saat itu Dia muncul di dalam
hadirat-Nya yang bersifat khusus di semak itu. Tidakkah Allah bersama
Musa setiap saat? Benar Dia memang ada bersama Musa setiap saat. Anda
tidak bisa pergi kemanapun meninggalkan keberadaan Allah. Namun
hadirat-Nya yang khusus terdapat di dalam tabernakel. Di sanalah Dia
menyatakan hadirat-Nya, di atas para kerub, di atas para malaikat.
Itulah hadirat khusus-Nya. Hadirat khusus-Nya ada di sana sehingga
siapapun yang siapapun yang masuk ke dalam ruang maha kudus tanpa seizin
Allah pasti mati!
Hadirat
khusus-Nya ada di dalam tabut perjanjian. Dan Anda tentu ingat kejadian
ketika ada orang yang menyentuh tabut itu dan disambar mati - dilanda
oleh hadirat-Nya. Dan dalam hal hadirat - di mana ada dua atau tiga
orang berkumpul, di situ Aku hadir di tengah-tengah mereka - Allah tidak
sedang membicarakan keberadaan hadirat-Nya yang ada di mana-mana,
melainkan hadirat-Nya yang khusus untuk memberkati dan memberi
bimbingan. Ini adalah hal yang sangat indah.
Rangkuman: Mengapa harus ada keselarasan di antara "dua atau tiga orang"
Hal yang
pertama, supaya kita bisa bersaksi tentang kebenaran dengan penuh kuasa.
Yang
kedua, supaya kita bisa mendapatkan kewenangan, untuk membuat ketetapan
rohani untuk mengikat atau melepaskan sesuatu. Supaya kita bisa memiliki
kewenangan rohani untuk melaksanakan pekerjaan Allah, bukan untuk
memuliakan diri kita sendiri, melainkan untuk menjalankan pekerjaan-Nya.
Jika kita memikirkan untuk memuliakan diri kita sendiri, maka saat itu
pula Allah akan mencabut kewenangan tersebut. Seberapa sukar melayani
Allah tanpa memiliki kuasa? Pernahkah Anda mencobanya? Anda tidak bisa
berbuat apa-apa. Namun jika Anda memiliki kuasa dan kewenangan ini, maka
Anda akan menjadi efektif di dalam pekerjaan Allah.
Yang
ketiga adalah untuk mendapatkan dukungan dari Allah. Indah sekali! Saat
Anda meminta kepada-Nya, Dia menganugerahkan hal tersebut kepada Anda.
Saat Anda memerlukan kemenangan atas dosa, Dia menganugerahkan hal itu
kepada Anda. Saat Anda membutuhkan dorongan, Dia anugerahkan hal itu
kepada Anda. Saat Anda mendoakan saudara atau saudari seiman Anda yang
sedang kekurangan, Dia kabulkan doa Anda. Di dalam kebutuhan keuangan
Anda, Dia penuhi kebutuhan Anda, bukan karena Anda ingin memanfaatkan
Allah, melainkan karena Anda sudah hidup sepenuhnya untuk Dia sekarang.
Semua anugerah itu ada di dalam nama-Nya, merupakan milik-Nya. Anda bisa
bertindak di dalam nama-Nya hanya jika Anda sepenuhnya menjadi
milik-Nya. Jadi, setiap orang yang sepenuhnya berserah kepada Kristus
adalah milik-Nya dan boleh bertindak di dalam nama-Nya.
Keempat,
di mana ada dua atau tiga orang yang menjadi milik Kristus dan saling
terbuka satu dengan yang lain, maka hadirat khusus Allah ada di sana.
Demikianlah empat pokok yang ada di dalam perikop ini, betapa pentingnya
ajaran yang Yesus sampaikan kepada kita di dalam perikop ini.
Membangun persahabatan dalam keterbukaan
Dengan
sepenuh hati saya berdoa supaya Anda bisa mulai membangun persahabatan
yang diawali dengan satu teman. Setidaknya, Anda berdua bisa memulai
berkumpulnya 'dua atau tiga orang'. Keterbukaan terhadap setiap orang di
saat yang bersamaan itu lebih sukar. Anda melihat sekeliling Anda, dan
membatin, "Ada begitu banyak orang, bagaimana cara supaya aku bisa mulai
membuka diri?" Mulailah dengan satu orang. Allah ingin agar kita
membangun persahabatan dengan satu orang. Cobalah yang itu dulu.
Carilah
seseorang, berdoa buat seseorang dan katakan kepada Allah, "Tuhan, aku
ingin membuka diriku kepada orang itu, dan aku ingin membawa orang itu
ke dalam hatiku, membangun persahabatan dengan orang itu supaya kami
bisa saling membangun di dalam Tuhan." Carilah rekan doa untuk bisa
saling mendoakan. Tidakkah menyenangkan mengetahui bahwa ada orang yang
selalu mendoakan Anda, atau menjadi rekan doa Anda?
Di sini, Allah menurunkan jumlah minimalnya hanya sampai dua atau tiga.
Dia tahu kelemahan kita dan Dia menurunkan tingkat tantangannya ke level
kita. Jika Anda tidak bisa berkomunikasi dengan semua orang dalam waktu
yang bersamaan, cukup berkomunikasilah dengan satu atau dua orang.
Bangunlah hubungan rohani yang akrab dengan orang tersebut, maka Anda
akan mendapatkan sahabat yang keakrabannya melebihi saudara Anda
sendiri. Dan melalui persahabatan tersebut, sambil belajar menjadi
sahabat, Anda akan belajar tentang persahabatan yang Kristus siapkan
buat kita. Saya berdoa kiranya Anda benar-benar akan memulai hal ini.
Membangun jembatan ke arah orang lain. Dan dalam waktu singkat, Allah
akan menghubungkan kita semua. Jika Anda membangun jembatan ke arah
orang lain, saya membangun jembatan ke arah orang lain, setiap orang
membangun jembatan, dan kita akan segera saling terhubung lewat tindakan
membangun jembatan ini, tindakan saling membuka diri ini, bukankah
demikian? Dengan begitu, maka gereja akan segera mengalami keempat hal
yang baru saja kita bahas: bersaksi tentang kebenaran, memperoleh
kewenangan, memperoleh dukungan dari Allah dan juga hadirat khusus dari
Allah.